HOS Tjokroaminoto, Bapak Pers Nasional? Senin, 27/09/2010 | 09:43 WIB |
|
Oleh : Hendra Sugiantoro | |
“Wie goed Mohammedaan is, is van zelf socialist, en wij zijn Mohammedanen, dus zijn wij socialisten.”
Itulah kata-kata Tjokroaminoto yang cukup mendalam ketika wabah komunisme melanda dunia pergerakan. Kata-kata Belanda itu artinya, “Seorang muslim sejati dengan sendirinya menjadi sosialis, dan kita kaum muslimin, jadi kita kaum sosialisten.” Dengan karya tulisnya berjudul Islam dan Sosialisme yang ditulis pada tahun 1342H/1924M itu, Tjokroaminoto melawan siapa pun yang mengagungkan paham komunisme. Tulisan Tjokroaminoto bisa dibilang menjadi salah satu senjata perlawanan yang digunakannya. Tjokroaminoto tak hanya cakap dalam berorasi yang tanpa mikrofon pun bisa terdengar keras, tapi ia juga bersuara keras lewat pena. Lahir pada 16 Agustus 1882, Tjokroaminoto merupakan sosok yang ditakdirkan sejarah menjadi “guru tokoh pergerakan”. Soekarno, Presiden RI 1945-1966, pernah ngangsu kawruh pada Tjokroaminoto. Seni pidato Tjokroaminoto dipelajari Soekarno sehingga Soekarno pun beroleh kemampuan serupa. Ada beberapa tokoh lain yang menjadi murid dari Tjokroaminoto. Rumah Tjokroaminoto di Surabaya tercatat dalam sejarah menjadi tempat belajar politik yang sekaligus menjadi rumah pergerakan. Tjokroaminoto boleh dibilang memiliki daya untuk menginspirasi siapa pun. Ide-idenya terbilang luar biasa. Selain disampaikan lewat ceramah, surat kabar menjadi lahan untuknya menyampaikan pemikiran. Dalam buku 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia, tertulis: “Gagasan patriotiknya bisa dilihat dalam berbagai ceramah dan tulisan di media massa seperti Bintang Surabaya, Utusan Hindia, Fajar Asia.” (Tim Narasi, 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia (Yogyakarta: Narasi, cetakan 3 (Edisi Revisi), 2009), hlm.79). Dari kalimat di atas, ada tiga surat kabar yang menjadi lahan menulis Tjokroaminoto:(1). Bintang Soerabaia, (2). Oetoesan Hindia, dan (3). Fadjar Asia (ejaan penulis sesuaikan dengan masanya). Selama ini Tjokroaminoto lebih dikenal dengan Oetoesan Hindia-nya. Dari catatan, Bintang Soerabaia terbit sekitar akhir tahun 1800-an dengan menggunakan bahasa Melayu. Terkait penerbitan Bintang Soerabaia ini, penulis perlu menelusuri lebih lanjut. Adapun Oetoesan Hindia, surat kabar ini bisa dikatakan juga menjadi lahan menulis aktivis-aktivis Sjarikat Islam. Bahkan, Tjokroaminoto sendiri yang memimpin surat kabar yang terbit pertama kali pada Desember 1912 itu. Awalnya penerbitan Oetoesan Hindia disokong badan usaha bernama Setija Oesaha yang didirikan Hasan Ali Soerati, pedagang Arab. Tjokroaminoto bisa mengendalikan total Oetoesan Hindia ketika membeli saham Setija Oesaha secara penuh pada 1913. Nah, pada tahun 1913 ini, Tjokroaminoto ternyata tak hanya mengelola Oetoesan Hindia. Pada tahun itu, Tjokroaminoto bersama Agus Salim dan Kartosoewirjo menerbitkan Fadjar Asia. Lewat surat-surat kabar itu, Tjokroaminoto cukup piawai mengelola penerbitan pers. Oetoesan Hindia, misalnya, diterbitkan lima kali dalam sepekan yang memuat berita, opini, dan iklan. Oetoesan Hindia libur setiap Jum’at dan Sabtu. Berita yang dipublikasikan di Oetoesan Hindia tak hanya dari dalam negeri, tapi juga berita internasional. Karena surat kabar ini dipimpin oleh Tjokroaminoto yang juga sebagai pimpinan Sjarikat Islam, isi di dalamnya pastinya menyuarakan aspirasi dan kepentingan Sjarikat Islam. Lewat Oetoesan Hindia, aktivis Sjarikat Islam memiliki ruang menumpahkan gagasan dan pemikirannya, seperti menentang kapitalisme atau menyoal masalah-masalah yang terjadi di dalam negeri. (Lihat juga dalam Taufik Rahzen et.al., Seabad Pers Kebangsaan (1907-2007): Bahasa Bangsa, Tanah Air Bahasa (Jakarta: I:BOEKOE, Desember 2008), hlm. 83-86). Jejak pers Tjokroaminoto boleh dibilang panjang. Sekitar dua tahun sebelum meninggalnya, Tjokroaminoto masih berikhtiar menerbitkan Bandera Islam pada 1932 bersama beberapa tokoh. Tjokroaminoto meninggal dunia pada 1934. |
Muslim Scientist
Proud To Be A Muslim Scientist
Who remember Allah while standing or sitting or [lying] on their sides and give thought to the creation of the heavens and the earth, [saying], "Our Lord, You did not create this aimlessly; exalted are You [above such a thing]; then protect us from the punishment of the Fire.( 'Āli `Imrān(3):191)
Selasa, 06 November 2012
Selasa, 29 November 2011
Seminar Nasional FIM 2011: Muslim Harus Kuasai Teknologi
Bertemakan “Dare to be a Muslim Hero : Rising an Islam Empire
and Indonesia”, seminar nasional yang merupakan puncak dari Festival
Imuan Muslim (FIM) Nasional 2011 dihadiri oleh lebih dari seratus
mahasiswa dari bebrapa universitas di Indonesia. Hal ini tentu saja
menunjukkan antusiasme mahasiswa terutama muslim untuk mengulang kembali
fase-fase kejayaan masa lalu yang masih terkenang. Bertempat di Audit
silva pertamina IPB, pada hari munggu 20 November 2011, seminar ini
dihadiri oleh dua narasumber yakni bapak Arief Budi Witarto (salah satu
peneliti terbaik LIPI) yang mewakili elemen praktisi, juga bapak M.
Yamin (dosen IPB) dari elemen akademisi, para peserta dibawa dalam
diskusi menarik tentang bagaimana mengembalikan nilai-nilai moral pada
penerpan ilmu dan teknologi, sikap terhadap ilmu serta mengenang kembali
bagaimana para ilmuan muslim dahulu membangun budaya ilmunya.
Sebelumnya pembicara yang juga direncanakan hadir adalah Bapak Anis
Matta (Wakil Ketua DPR RI) dari pemerintahan. Namun sangat disayangkan
karena tidak dapat hadir pada waktu yang bersangkutan.
Teknologi, kata Pak Arif diibaratkan pedang bermata dua, sekali
waktu dapat sangat bermanfaat bagi manusia, di lain kesempatan dapat
mematikan tergantung pada siapa yang menggunakannnya. Sebagai seorang
muslim, Agama telah banyak memotifasi kita untuk mencari ilmu
sebanyak-banyaknya. Spirit mengamalkan ajaran agama dipadu ketertarikan
yang luar biasa terhadap ilmu dan pengetahuanlah yang kemudian mendorong
para Ilmuan muslim untuk berkarya di bidang ilmunya kata Pak Yamin.
Sehingga kita melihat kecemerlangan seorang ilmuan muslim tidak hanya
pada bidang ilmunya, namun pengtahuan keagamaannya yang justru telah ia
pahami lebih awal sebelum mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Dan dari sana
pulalah mereka mampu mengoptimalkan manfaat dari ilmu yang
dipelajarinya.
Atas dasar itulah teknologi harus dapat dipegang orang-otang yang
bermoral, demikian kata pak Arif. Seorang muslim yang benar-benar
memahami agamanya pasti akan senantiasa terdorong untuk terus
mempelajari dan memanfaatkan ilmu dalam batas kemampuannya sebagai upaya
dalam beramal.
Selain diisi dengan seminar nasional, acara penutupan FIM Nasional
2011 ini juga diisi dengan berbagiai hiburan, Tari Jawa, Nasyid,
Fertival Peradaban dan Pengumuman Pemenang Lomba-Lomba FIM Nasional
2011. Acara berlangsung sejak pukul Sembilan pagi hingga pukul tiga sore
berjalan baik sesuai dengan rancana.
Festival Ilmuan Muslim Nasional 2011 sendiri merupakan agenda tahunan
yang di selenggarakan oleh Serum-G, sebagai Lembaga Dakwah Fakultas
(LDF) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut
Pertanian Bogor (IPB). tahun ini dengan menggandeng Jaringan Rohis MIPA
Nasional (JRMN) merupakan tahun ketiga dengan rangkaian acara yang
hampir serupa setiap tahunnya yakni Lomba, Bazaar, dan Seminar. Kesemua
rangkaian ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kembali semangat keilmiahan
berbasis Al-Quran dan sunnah sebagaimana sebelumnya semangat yang sama
dibangun di masa keemasan Islam. Hal yang tidak kalah menarik agenda ini
menjadi ajang pengingatan akan visi Kejayaan Islam yang kian mendekati
kenyataan.[yasin’11]
Senin, 25 April 2011
List of Muslim scientists (bagian 3, Physicists and engineers)
Physicists and engineers
Jafar al-Sadiq, 8th century
Banū Mūsā (Ben Mousa), 9th century
Ja'far Muhammad ibn Mūsā ibn Shākir, Ahmad ibn Mūsā ibn Shākir, Al-Hasan ibn Mūsā ibn Shākir
Abbas Ibn Firnas (Armen Firman), 9th century
Al-Saghani, 10th century
Abū Sahl al-Qūhī (Kuhi), 10th century
Ibn Sahl, 10th century
Ibn Yunus, 10th century
Al-Karaji, 10th century
Ibn al-Haytham (Alhacen)
11th century Iraqi scientist, father of optics, pioneer of scientific method and experimental physics, considered the "first scientist"
Abū Rayhān al-Bīrūnī
11th century, pioneer of experimental mechanics
Avicenna, 11th century
Al-Khazini, 12th century
Ibn Bajjah (Avempace), 12th century
Hibat Allah Abu'l-Barakat al-Baghdaadi (Nathanel), 12th century
Averroes
12th century Andalusian mathematician, philosopher and medical expert
Al-Jazari
13th century civil engineer, father of robotics father of modern engineering
Nasir al-Din Tusi, 13th century
Qutb al-Din al-Shirazi, 13th century
Kamāl al-Dīn al-Fārisī, 13th century
Ibn al-Shatir, 14th century
Taqi al-Din Muhammad ibn Ma'ruf, 16th century
Hezarfen Ahmet Celebi, 17th century
Lagari Hasan Çelebi, 17th century
Sake Dean Mahomet, 18th century
Tipu Sultan, 18th century Indian mechanician
Fazlur Khan, 20th century Bangladeshi mechanician
Mahmoud Hessaby, 20th century Iranian physicist
Ali Javan, 20th century Iranian physicist
Bacharuddin Jusuf Habibie, 20th century
Indonesian aerospace engineer and president
Abdul Kalam,
Indian aeronautical engineer and nuclear scientist
Abdus Salam,
Pakistani theoretical physicist and Nobel Prize winner(1979)
Mehran Kardar, Iranian theoretical physicist
Cumrun Vafa, Iranian mathematical physicist
Nima Arkani-Hamed, American-born Iranian physicist
Abdel Nasser Tawfik, Egyptian-born German particle physicist
Munir Nayfeh Palestinian-American particle physicist
Riazuddin, Pakistani theoretical physicist
Abdul Qadeer Khan, Pakistani nuclear scientist
Ali Musharafa, Egyptian nuclear physicist
Sameera Moussa, Egyptian nuclear physicist
Munir Ahmad Khan, Father of Pakistan's nuclear program
Banū Mūsā (Ben Mousa), 9th century
Ja'far Muhammad ibn Mūsā ibn Shākir, Ahmad ibn Mūsā ibn Shākir, Al-Hasan ibn Mūsā ibn Shākir
Abbas Ibn Firnas (Armen Firman), 9th century
Al-Saghani, 10th century
Abū Sahl al-Qūhī (Kuhi), 10th century
Ibn Sahl, 10th century
Ibn Yunus, 10th century
Al-Karaji, 10th century
Ibn al-Haytham (Alhacen)
11th century Iraqi scientist, father of optics, pioneer of scientific method and experimental physics, considered the "first scientist"
Abū Rayhān al-Bīrūnī
11th century, pioneer of experimental mechanics
Avicenna, 11th century
Al-Khazini, 12th century
Ibn Bajjah (Avempace), 12th century
Hibat Allah Abu'l-Barakat al-Baghdaadi (Nathanel), 12th century
Averroes
12th century Andalusian mathematician, philosopher and medical expert
Al-Jazari
13th century civil engineer, father of robotics father of modern engineering
Nasir al-Din Tusi, 13th century
Qutb al-Din al-Shirazi, 13th century
Kamāl al-Dīn al-Fārisī, 13th century
Ibn al-Shatir, 14th century
Taqi al-Din Muhammad ibn Ma'ruf, 16th century
Hezarfen Ahmet Celebi, 17th century
Lagari Hasan Çelebi, 17th century
Sake Dean Mahomet, 18th century
Tipu Sultan, 18th century Indian mechanician
Fazlur Khan, 20th century Bangladeshi mechanician
Mahmoud Hessaby, 20th century Iranian physicist
Ali Javan, 20th century Iranian physicist
Bacharuddin Jusuf Habibie, 20th century
Indonesian aerospace engineer and president
Abdul Kalam,
Indian aeronautical engineer and nuclear scientist
Abdus Salam,
Pakistani theoretical physicist and Nobel Prize winner(1979)
Mehran Kardar, Iranian theoretical physicist
Cumrun Vafa, Iranian mathematical physicist
Nima Arkani-Hamed, American-born Iranian physicist
Abdel Nasser Tawfik, Egyptian-born German particle physicist
Munir Nayfeh Palestinian-American particle physicist
Riazuddin, Pakistani theoretical physicist
Abdul Qadeer Khan, Pakistani nuclear scientist
Ali Musharafa, Egyptian nuclear physicist
Sameera Moussa, Egyptian nuclear physicist
Munir Ahmad Khan, Father of Pakistan's nuclear program
source :http://www.wikipedia.org/
Sabtu, 23 April 2011
List of Muslim scientists (bagian 2, Biologists, neuroscientists, and psychologists)
Biologists, neuroscientists, and psychologists
Ibn Sirin (654–728)
author of work on dreams and dream interpretation
Al-Kindi (Alkindus)
pioneer of psychotherapy and music therapy
Ali ibn Sahl Rabban al-Tabari
pioneer of psychiatry, clinical psychiatry and clinical psychology
Ahmed ibn Sahl al-Balkhi
pioneer of mental health, medical psychology, cognitive psychology, cognitive therapy, psychophysiology and psychosomatic medicine
Najab ud-din Muhammad
pioneer of mental disorder classification
Al-Farabi (Alpharabius)
pioneer of social psychology and consciousness studies
Ali ibn Abbas al-Majusi (Haly Abbas)
pioneer of neuroanatomy, neurobiology and neurophysiology
Abu al-Qasim al-Zahrawi (Abulcasis)
pioneer of neurosurgery
Ibn al-Haytham (Alhazen)
founder of experimental psychology, psychophysics, phenomenology and visual perception
Abū Rayhān al-Bīrūnī
pioneer of reaction time
Avicenna (Ibn Sina)
pioneer of physiological psychology, neuropsychiatry, thought experiment, self-awareness and self-consciousness
Ibn Zuhr (Avenzoar)
pioneer of neurology and neuropharmacology
Averroes
pioneer of Parkinson's disease
Ibn Tufail
pioneer of tabula rasa and nature versus nurture
Mir Sajad
Neuroscientist and pioneer in neuroinflammation and neurogenesis.
author of work on dreams and dream interpretation
Al-Kindi (Alkindus)
pioneer of psychotherapy and music therapy
Ali ibn Sahl Rabban al-Tabari
pioneer of psychiatry, clinical psychiatry and clinical psychology
Ahmed ibn Sahl al-Balkhi
pioneer of mental health, medical psychology, cognitive psychology, cognitive therapy, psychophysiology and psychosomatic medicine
Najab ud-din Muhammad
pioneer of mental disorder classification
Al-Farabi (Alpharabius)
pioneer of social psychology and consciousness studies
Ali ibn Abbas al-Majusi (Haly Abbas)
pioneer of neuroanatomy, neurobiology and neurophysiology
Abu al-Qasim al-Zahrawi (Abulcasis)
pioneer of neurosurgery
Ibn al-Haytham (Alhazen)
founder of experimental psychology, psychophysics, phenomenology and visual perception
Abū Rayhān al-Bīrūnī
pioneer of reaction time
Avicenna (Ibn Sina)
pioneer of physiological psychology, neuropsychiatry, thought experiment, self-awareness and self-consciousness
Ibn Zuhr (Avenzoar)
pioneer of neurology and neuropharmacology
Averroes
pioneer of Parkinson's disease
Ibn Tufail
pioneer of tabula rasa and nature versus nurture
Mir Sajad
Neuroscientist and pioneer in neuroinflammation and neurogenesis.
source :http://www.wikipedia.org/
Rabu, 20 April 2011
List of Muslim scientists (bagian 1, Astronomers, chemists, n mathemathicians)
List of Muslim scientists
Science in the Islamic world has played a significant role in the history of science. There have been hundreds of notable Muslim scientists that have made a great contribution to civilization and society. The following is an incomplete list of notable Muslim scientists.
Astronomers and astrophysicists
Khalid ibn Yazid (Calid)
Al-Khwarizmi mathematician
Ja'far ibn Muhammad Abu Ma'shar al-Balkhi (Albumasar)
Muhammad ibn Jābir al-Harrānī al-Battānī (Albatenius)
Al-Farabi (Abunaser)
Abū Sahl al-Qūhī (Kuhi)
Ibn al-Haytham (Alhacen)
Abū Ishāq Ibrāhīm al-Zarqālī (Arzachel)
Ibn Bajjah (Avempace)
Ibn Tufail (Abubacer)
Nur Ed-Din Al Betrugi(Alpetragius)
also a mathematician
Ottoman astronomer
a founder of Soviet space program, a lead architect behind first human spaceflight (Vostok 1), and the lead architect of the first space stations (Salyut and Mir)[1][2]
(specialist in atomic astrophysics and spectroscopy)
Chemists and alchemists
Khalid ibn Yazid (Calid)
Jābir ibn Hayyān (Geber),
father of chemistry
Abbas Ibn Firnas (Armen Firman)
Al-Kindi (Alkindus)
Father of Al-Gabra, (Mathematics)
Nobel Prize in Chemistry, 1999
leading scholar in the field of Natural Product Chemistry
Mathematicians
Khalid ibn Yazid (Calid)
Muhammad ibn Mūsā al-Khwārizmī (Algorismi)
father of algebra and algorithms
Abū al-Hasan ibn Alī al-Qalasādī (1412–1482),
pioneer of symbolic algebra
Al-Kindi (Alkindus)
Banū Mūsā (Ben Mousa)
Muhammad ibn Jābir al-Harrānī al-Battānī (Albatenius)
Al-Farabi (Abunaser)
Ibn al-Haytham (Alhacen/Alhazen)
Abū Ishāq Ibrāhīm al-Zarqālī (Arzachel)
Ibn Bajjah (Avempace)
Al-Ghazali (Algazel)
Ja'far ibn Muhammad Abu Ma'shar al-Balkhi (Albumasar)
13th century Persian mathematician and philosopher
computer scientist; founder of Fuzzy Mathematics and fuzzy set theory
source :http://www.wikipedia.org/
Langganan:
Postingan (Atom)